MIND MAPPING
1.1 PENDAHULUAN
Mind Map atau di artikan peta pikiran mungkin sudah tidak
asing lagi bagi para pelajar. Bagaimana konsep ini memudahkan ketika mencatat
dan sangat efektif untuk lebih memahami dan mengingat materi. Mind mpping dikategorikan ke dalam
teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan
imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind
mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping,
dia akan semakin kreatif.
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta
pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa
belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini
membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan
lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya
siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Perbedaan
Catatan Biasa dan Mind Maping
Catatan Biasa
|
Mind Mapping
|
hanya
berupa tulisan-tulisan saja
|
berupa
tulisan, symbol dan gambar
|
hanya
dalam satu warna
|
berwarna-warni
|
untuk
mereview ulang memerlukan waktu yang lama
|
untuk
mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
|
waktu
yang diperlukan untuk belajar lebih lama
|
waktu
yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
|
Statis
|
membuat
individu menjadi lebih kreatif.
|
Mind mapping
merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh
potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan
kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga
78%. Dengan metode pembelajaran mind map ini, siswa akan muda memahami sebuah konsep yang
diajarkan oleh guru serta dengan metode mind map ini, siswa terlatih otaknya
belajar dengan sistem jejaring atau laba-laba.
1.2 DEFINISI
MIND MAPPING
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony
Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Secara
bahasa mind map terdiri dari dua kata, yakni mind artinya pikiran dan map
artinya peta. Maka secara bahasa dapat diartikan dengan peta pikiran. Dalam
bukunya, “Buku Pintar Mind Map” (Toni Buzan, 2005) pengertian mind map secara
istilah adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil informasi ke luar dari otak. Dalam penjelasan lanjutannya, Toni Buzan
(2005) menekankan pengertian mind map dengan cara mencatat yang kreatif,
efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita.
Busan (1993) dalam Djohan (2008) mengemukakan,
bahwa A Mind Map is powerful graphic
technique which provides a universal key to unlock the potential of the brain.
It harnesses the full range of cortical skills – word, image, number, logic,
rhythm, colour and spatial awareness – in a single, uniquely powerful manner.
In so doing, it give you a freedom to roam the infinite expanses of your brain.
Dari pengertian tersebut, Johan (2008) menyimpulkan bahwa Peta Pikiran merupakan
suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk
membuka potensi dari seluruh otak, karena menggunakan seluruh keterampilan yang
terdapat pada bagian neo-korteks dari otak atau yang lebih dikenal sebagai otak
kiri dan otak kanan. Moreover, a mind map is a diagram used to represent words,
ideas, tasks, or other items linked to and arranged around a central key word
or idea. Mind maps are used to generate, visualize, structure, and classify
ideas, and as an aid to studying and organizing information, solving problems,
making decisions, and writing.
Karakteristik mind map ini berada pada membedakan kata-kata atau gagasan,
menggunakan dengan warna dan simbol. Mind map pada umumnya mengambil format
hirarki atau cabang pohon, dengan ide-ide bercabang menjadi subbagian mereka.
Peta pikiran memungkinkan kreativitas yang lebih besar saat merekam ide-ide dan
informasi, serta memungkinkan catatan untuk mengasosiasikan kata dengan
representasi visual. Peta Pikiran berbeda dari peta konsep dalam peta pikiran
yang berfokus pada hanya satu kata atau ide, sedangkan peta konsep
menghubungkan beberapa kata atau gagasan.
Menurut Yovan (2008), keutamaan metode pencatatan
menggunakan Mind Mapping, antara lain:
a) tema utama terdefenisi secara sangat
jelas karena dinyatakan di tengah.
b) level keutamaan informasi
teridentifikasi secara lebih baik. Informasi yang memiliki kadar kepentingan
lebih diletakkan dengan tema utama.
c) hubungan masing-masing informasi
secara mudah dapat segera dikenali.
d) lebih mudah dipahami dan diingat.
e) informasi baru setelahnya dapat
segera digabungkan tanpa merusak keseluruhan struktur Mind Mapping, sehingga
mempermudah proses pengingatan.
f) masing-masing
Mind Mapping sangat unik, sehingga mempermudah proses pengingatan.
g) mempercepat proses pencatatan karena hanya
menggunakan kata kunci.
Mind Mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola
secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan
mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Berikut ini disajikan
perbedaan antara catatan tradisional (catatan biasa) dengan catatan pemetaan
pikiran (Mind Mapping).
1.2 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PETA
PIKIRAN
1.2.1
KONSEP
DASAR MIND MAPPING
Menurut Djohan
(2008), proses pembuatan sebuah Mind Mappig secara step by step dapat dibagi
menjadi empat langkah yang harus dilakukan secara berurutan yaitu:
1) Menentukan
Central Topic yang akan dibuatkan Mind Mappingnya, untuk buku pelajaran Central
Topik biasanya adalah Judul buku atau Judul bab yang akan dipelajari dan harus
diletakkan ditengah kertas serta usahakan berbentuk image/gambar. Topik
Sentral, pokok atau fokus pikiran/isu uyang hendak dikembangkan, dan
diletakkan sebagai “pohon”.
2) Membuat
Basic Ordering Ideas – BOIs untuk Central Topik yang telah dipilih, BOIs
biasanya adalah judul Bab atau Sub-Bab dari buku yang akan dipelajari atau bisa
juga dengan menggunakan 5WH (What, Why, Where, When, Who dan How). Topik Utama,
level pikiran lapis kedua sebagai bagian dari Topik Sentral dan diletakkan
sebagai “cabang” yang melingkari
“pohon”.
3) Melengkapi
setiap BOIs dengan cabang-cabang yang berisi data-data pendukung yang terkait.
Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting karena pada saat inilah
seluruh data-data harus ditempatkan dalam setiap cabang BOIs secara asosiatif
dan menggunakan struktur radian yang menjadi ciri yang paling khas dari suatu Mind
Mapping. Sub Topik, level pikiran lapis ketiga sebagai bagian dari cabang dan
diletakkan sebagai “ranting” (dan level
pikiran lapis berikutnya).
4) Kemudian
melengkapi setiap cabang dengan Image baik berupa gambar, simbol, kode, daftar,
grafik dan garis penghubung bila ada BOIs yang saling terkait satu dengan
lainnya. Tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat sebuah Mind Mapping
menjadi lebih menarik sehingga lebih mudah untuk dimengerti dan diingat.
1.2.2
PEMBUATAN
MIND MAPPING
Dalam membuat Mind
Mapping, Tony Buzan telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar Mind
Mapping yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah
ringkasan dari Law of MM:
a) Kertas:
polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan
orientasi horizontal (Landscape). Central Topic diletakkan ditengah-tengah
kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan minimal 3 warna.
b) Garis: lebih tebal untuk
BOIs dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis
harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan
panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke
pusat.
c) Kata: menggunakan kata
kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf
cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang
yang semakin jauh dari pusat.
d)
Image: gunakan sebanyak mungkin gambar,
kode, simbol, grafik, table dan ritme karena lebih menarik serta mudah untuk
diingat dan dipahami. Kalau memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi agar
lebih menarik lagi.
e)
Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih
baik 5 – 6 warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus
mengikuti warna BOIs.
f)
Struktur: menggunakan struktur radian dengan
sentral topic terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya
menyebar ke segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2 – 7 buah yang disusun
sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 1.
1.2.3
CONTOH MIND MAPPING MENGUNAKAN
MINDAPPLE:
Mind Map dapat dibuat
secara manual atau dengan menggunakan bantuan software. Walaupun tidak ada
ketentuan yang baku, tetapi ada beberapa hal yang bisa dijadikan pedoman dalam
menyusun Mind Map, (khususnya untuk Mind Map yang dibuat secara manual).
a) Mulai dari tengah untuk
menentukan Topik Sentral (menentukan “pohon”), dibuat dalam kertas kosong
bentuk landscape, disertai gambar berwarna.
b) Tentukan Topik Utama (menentukan
“cabang”) sebagai bagian penting dari Topik Sentral.
c) Tentukan Sub Topik sebagai “ranting” yang diambil dari Topik Utama
d) Secara kreatif gunakan gambar,
simbol, kode, dan dimensi seluruh peta pikiran Anda.
e) Sedapat mungkin gunakan kata kunci
tunggal (maksimal 2 kata), dengan huruf kapital atau huruf kecil.
f) Gunakan garis lengkung untuk
menghubungkan antara Topik Sentral dengan Topik Utama dan Sub Topik. Untuk
stimulasi visual, gunakan warna dan ketebalan yang berbeda untuk masing-masing
alur hubungan.
g) Kembangkan Mind Map sesuai gaya
Anda sendiri untuk memahami suatu teks, Anda terlebih dahulu harus membaca teks
tersebut untuk memperoleh gambaran mental (mental image) yang menyeluruh dan
bermakna.
1.2 APLIKASI MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN
Dalam
tahap aplikasi, terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran
berbasis Mind Mapping, yaitu:
a) Overview:
Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru
dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang
topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal
Semester, Overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat Master Mind Map yang
merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu Semester
yang biasanya sudah ada dalam Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah
mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi
siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di
perpustakaan.
b) Preview:
Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga gambaran umum yang
diberikan setingkat lebih detail daripada Overview dan dapat berupa penjabaran
lebih lanjut dari Silabus. Dengan demikian, siswa diharapkan telah memiliki
pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan
yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah
Preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah Inview.
c) Inview:
Tinjauan Mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, di mana
suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama Inview
ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi, konsep atau rumus penting
beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan
menguasai bahan yang diajarkan.
d) Review:
Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa
ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi,
konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini
akan dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari-ulang seluruh bahan
yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat
pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa
mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.
1.3 MANFAAT
MIND MAPPING
Mind
Map dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik yang bersifat personal
maupun kolaboratif. Khusus, dalam konteks pembelajaran, Mind Map dapat
digunakan untuk membantu siswa dalam memahami, mengorganisasikan dan
memvisualisasikan materi dan aktivitas belajarmya secara kreatif dan atraktif.
a) Siswa
dapat mempetakan apa yang didiskusikan bersama teman-temannya,
b) Siswa
dapat mempetakan tentang proses dan hasil observasi yang dilakukannya.
c) Siswa
dapat mempetakan tentang apa yang dibacanya
d) Siswa
dapat mempetakan tentang apa yang didengarnya.
e) Siswa
dapat mempetakan tentang apa yang harus dipresentasikannya di kelas, dan
f) Siswa dapat mempetakan aneka aktivitas
belajar lainnya, baik yang berkenaan dengan perencanaan, pelaksaanaan maupun
hasil belajarnya.
1.4 SIMPULAN
Mind
Map (Peta Pikiran) dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengorganisasikan
dan menyajikan konsep, ide, tugas atau
informasi lainnya dalam bentuk diagram radial-hierarkis non-linier. Mind Map
pada umumnya menyajikan informasi yang terhubung dengan topik sentral, dalam
bentuk kata kunci, gambar (simbol), dan warna sehingga suatu informasi dapat
dipelajari dan diingat secara cepat dan efisien.
Mind
Map digagas dan dikembangkan oleh Tony Buzan, seorang psikolog Inggris, yang
meyakini bahwa penggunaan Mind Map tidak hanya mampu melejitkan proses memori
tetapi juga dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan menganalisis,
dengan mengoptimalkan fungsi belahan otak. Mind Map dapat mengubah informasi
menjadi pengetahuan, wawasan dan tindakan. Informasi yang disajikan fokus pada
bagian-bagian penting, dan dapat mendorong
orang untuk mengeksplorasi dan mengelaborasinya lebih jauh.
Dalam
praktik pembelajaran di kelas, guru dapat dapat memanfaatkan Mind Map sebagai
media pembelajaran atau mengintegrasikannya dengan metode pembelajaran yang
digunakan. Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas
kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan
dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan
menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan
visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal
bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas
dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan
lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran. Selain itu, siswa dapat
menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap
cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap
garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan
garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis
cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama
untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.
Dengan Mind Map,
siswa diajak untuk mengkonstruksi pengetahuan secara kreatif, sesuai dengan apa
yang dipahaminya masing-masing, bukan menjiplak pengetahuan secara
membabi-buta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar